Kupas Cangkang Karena Kita Bukan Binatang

Kupas Cangkang Karena Kita Bukan Binatang

Image:  s-fun

Kita ini dibekali potensi yang menjamin kita bisa hidup. Tuhan meniupkan ruh dan dalam nafasnya terkandung semua potensi yang kita butuhkan. Telat makan kita lapar, tidak minum kita haus, beranjak dewasa kita beranak. Semua berjalan tanpa perlu ada install dan setting. Inilah yang mengerakkan hidup. Andai kita tidak lapar setelah sekian waktu tidak menemukan makan, kita akan mati tanpa sadar, dan hidup ini jadi sangat aneh.

Yang lebih tinggi, kita dibekali akal. Hidup kita tidak seperti makhluk lain yang berjalan terprogram. Kawin bermusim, makan tidak dimasak. Kita bisa tertarik dengan apa yang ada di seputar kita. Kita bisa berpikir tentang diri, kita memahami identitas; ada “aku” dan orang lain. Kita bahkan bisa membayangkan sesuatu di luar kemanusiaan.  Ada perenungan dan gagasan mengenai hal-hal yang sama sekali tidak berkaitan langsung dengan apa yang bisa kita cerap dan pahami di kehidupan nyata sehari-hari.

Lalu ada qalbu, nurani, yang jauh lebih halus. Ia menangkap segala sesuatu yang subtle dan tidak kasat mata. Ia bahkan membimbing. Sesuatu yang sama sekali tidak akan bisa kita temui pada makhluk-makhluk yang hanya didorong naluri. Nurani hanya pantas dan perlu ada pada makhluk berakal.

Kita ini sangat khas. Tuhan sediakan segala sesuatu, Tuhan juga beri kita keleluasaan menentukan sendiri tindakan.

Bagi manusia hidup jadi tidak sekedar naluri. Ketika lapar kita memilih, Mau makan apa? Apa yang kamu suka? Apa yang baik dan bergizi? Ketika dewasa, kita tidak kawin sembarang. Kita bisa tahu ada aturan. Kesenangan kita juga tidak terbatasi dorongan naluri. Makan enak, didorong naluri. Nikmat kawin didorong naluri. Memiliki ini itu, didorong naluri. Tetapi lebih dari itu, kita bisa merasakan kesenangan ketika kita bisa mengetahui sesuatu. Kita bisa merasakan derita ketika lapar, kita juga bisa merasakan derita saat tidak tahu sesuatu.

Naluri itu ibarat cangkang. Seperti buah yang selalu memiliki cangkang. Naluri itu penggerak hidup. Tanpa naluri kita tidak bertindak, tanpa bertindak hidup jadi tidak ada. Tapi cangkang harus dibuang, yang dimakan bukan itu. Kupas cangkang, nikmati daging buah. Kesenangan ada di situ. Kemanfaatan ada di situ. Kupas cangkang dan jangan terjebak. Jika tidak, hidup kita seperti binatang.

“Mereka punya qalbu tapi tidak memahami, mereka punya mata tapi tidak melihat, mereka punya telinga tapi tidak mendengar… seperti binatang ternak. Bahkan, sungguh, lebih buruk dari itu…”

>>Apa Artinya Semua Ini Buat Kamu?

Home About Blogging Daily Life Insights News Video SEO

Leave a comment